Selasa, 30 Agustus 2011

Malam penuh suka cita.

Kawan, tiada manusia yg sempurna.
pasti ada salah,khilaf,dsb.
maka dari itu saya mengucapkan minal aidin walfaidzin mohon maaf lahir dan batin.


Tambahan= malem ini pikul 23.00 saya resmi putus :)


--Fajri--

Selasa, 09 Agustus 2011

coba lihatlah..


Aku, kita, kalian, entah laki-laki atau perempuan, pasti akan merasakan menjadi orang tua, memiliki sebuah keluarga, menjadi nenek-nenek atau kakek-kakek. 
Berkacalah pada dirimu apakah kau telah memberikan yg terbaik untuk mereka ??
Ya mereka.. kedua orang tuamu, orang yg kau sayangi, dan orang yg ada disamping mu.
Sebutir cerita yang membuatku bertanya dan berharap.

Pagi itu, seorang nenek tua berjalan tertatih di hadapku membawa setumpuk karung beras yg bersandar di punggungnya. Dia berjalan setiap pagi di muka rumahku. Aku bertanya dalam hati, apakah dia tak memiliki anak?? Apakah anak-anaknya tidak bekerja? Atauu mereka tidak berkecukupan??
Ingin rasanya ku memberi  punggungku dan  menggantikannya memikul beras dibahu ku. Tapi apa daya, tubuhku tak mampu menolongnya. Entah kenapa aku ingin tau siapa dia? Bagaimana keadaannya? kenapa dia setiap pagi lewat di muka rumahku? mau dibawa kemana karung itu? dan lain sebagainya. Rasa penasaran yg telah lama tertimbun akan ku keluarkan, ku beranikan diri bertegur sapa perlahan demi perlahan dan pada suatu ketika, Seperti biasa nenek separuh baya itu lewat muka rumahku membawa sekarung beras di punggungnya, tapi tak seperti biasa, kali ini dia membawa sebuah pelastik besar ditangannya. Suatu kesempatan pikirku, lalu aku memberanikan diri untuk membantunya.
“nek, boleh aku bantu membawakan kantung mu yg satu itu??”
“tak usah nak, sudah dekat kok”
“gk apa apa kok nek”
“gk usah nak”
Aku mengulurkan tangan ku ke plastik itu dan mengambilnya sambil berkata “sini aku bantu”
“terimakasih ya nak, rumah nenek sedikit lagi”
Aku mengantarkan nenek tua itu menuju  rumahnya, sedikit perjalanan dari rumahku tibalah di rumah berukuran sedang yg berada di pinggir jalan. Rumah yg masih layak untuk dihuni pikir ku.
“Tunggu sebentar  ya nak nenek bukakan pintu dulu”  beras itupun di letakannya dan dia membuka pintu gerbang rumahnya.
Aku pun tersenyum menunggu dia membuka pintu gerbang rumahnya yg berada di pinggir jalan perumahan sunda kelapa.
“ayo silakan masuk”
“iya” senyumku terpancar dari raut bibirku.
Kupandangi rumah itu, ku lihat foto-foto yg berjejer rapi di tembok biru nan cerah itu.
“letakan plastiknya disini nak”
“Hah, iya nek,”
 “nek, itu foto anak anak nenek”
“iya” dengan nada yg letih memperlihatkan senyumnya yg ramah pada ku.
“kok sepi nek.? Nenek tinggal sendiri disini?”
“enggak, nenek tinggal berlima sama cucu, anak, menantu dan suami nenek. Cuma sekarang suami nenek lagi dagang dipasar. Kalo cucu nenek mah belom pulang sekolah. Kalo anak nenek biasa lagi kerja.”
“terus menantu nenek?”
“oh, dia mah lagi sibuk sama urusannya sendiri.”
“Anak nenek laki-laki?”
“iya, anak nenek Cuma satu satunya laki-laki”
“oww.”
“ayo duduk minum dulu atuh”
“iya nek, makasi. Oh iya nek itu beras untuk apa kok setiap hari aku lihat nenek membawanya?”
“itu beras sisa dagangan dari pasar..”
“gk ada yg bantu nenek?”
“siapa yg mau bantu neng, masih untung gk dibawa ke panti jompo. Selagi nenek masih bisa kerja kenapa gk. Dari pada dirumah diem sepi neng. Terkadang nenek juga sedih suka nangis sendiri.”
“nangis kenapa nek? Boleh tau?”
“ohh.. biasa lah nak, namanya juga udah tua, nenek suka merasa sendiri. Kadang Cuma makan berdua doang sama kakek. Kadang suka ditinggal sendiri kalo kakek lagi nyari barang dagangan ke kota.”
“lah, emang menantu, anak, sama cucu nenek pulangnya malem terus..??”
“menantu nenek mah gk pernah dirumah, gk tau kemana. Kalo udah pada dirumah juga gk ada yg keluar kamar. Ngerem aja mereka mah di kamarnya. Paling keluar kedapur doang ngambil makanan terus makan di dikamarnya. Masak juga cuma sesekali. Kalo pas puasa aja nenek buka puasa cuma berdua sama kakek. Kadang kalo kakek belom pulang nenek makan sendirian. Makanya kalo nenek lagi ada pengajian pengen cepet pulang, kasian sama kakek gk ada yg ingetin makan kalo dia udah pulang. kadang waktu nenek pulangnya kesorean nenek tanya kakek belom makan. Nenek berasa ditinggal sendiri kalo gk ada kakek,  Sedih neng.”
“oww.. maaf ya nek aku nanya nanya kayak gitu” sambil menahan air mata yg kan terjatuh dari kelopak mataku.
“gk apa apa neng malah nenek yg berterima kasih udah dibantuin udah ditemenin pula. Neng gk dicariin sama ibunya?”
“ah, enggak nek. Bunda belom pulang kerja aku sendiri dirumah. Hhee”
Akupun menghabiskan setengah hari bersama nenek tua itu. Tidak terasa kumandang azan pun terdengar ditelingaku pertanda Asar telah tiba. Aku dan nenek bergegas solat berjamaah. Usai solat aku izin pamit pulang karna ibuku akan tiba dirumah pukul 5 sore.
“aku pulang dulu ya nek?”
“loh kok cepat sekali nak.?”
“iya, Bunda mau pulang nanti gk ada orang dirumah”
“oh, iya.. makasih ya nak”
“sama sama nek”
Aku pun mengakhiri pertemuanku dengan nenek itu, dan menuju pulang kerumah. Disepanjang jalan aku berfikir, tak terasa setetes air mata terkadang jatuh, tak kuat jika mengingat cerita nenek tadi. 
Pikir ku dalam hati “aku aja kalo Bunda Ayah suka keluar kota walau hanya sehari suka kangen, terus kalo buka puasa gk ada mereka kayaknya ada yg kurang. Tapi nenek itu, Apa aku akan hidup bahagia bersama anak cucuku kelak ya allah? Atau malah aku akan seperti nenek itu, sepeti tidak dipedulikan? Atau aku akan di telantarkan di pinggir jalan dan di usir ke panti jompo?
Ya allah kasihan nenek tua itu, aku gk boleh menelantarkan kedua orang tua ku kelak dan aku akan sering main ke rumah nenek ku agar nenek gk kesepian, mungkin jika aku tidak mengunjunginya nenek akan merasa seperti nenek tua itu yg kesepian walau ia masih memiliki keluarga dan hidup berkecukupan. Maafin aku ya allah, semoga nenek itu gk kesepian lagi.”
Ternyata harta benda, kekayaan, kemewahan.. gk selamanya bisa ngelebihin kasih sayang sebuah keluarga. Sebelum ada salah satu dari keluarga kita, atau orang yg kita sayangi pergi, kenapa kita gk memberikan kasih sayang yg mahal itu..? walau hanya sekejap tapi kasih sayang itu tak kan ternilai harganya.



_by uny_

Selasa, 02 Agustus 2011

Hidup Tinggal Menunggu Mati

Disini ku berdiri
Gontai goyah tertiup angin
Ku lunglai hembus demi hembus
Menerima apapun yang menerpaku

Hari demi hari kulalui
Melihat apa yang seharusnya tak terlihat
Merasakan apa yang seharusnya tak terasakan
Jatuh terkubur dalam lintasan cobaan

Hati hancur tak terkira
Perasaan galau tak terpungkiri
Arus kehidupan yang retak terlibas ombak
Bingung, bingung, ingin mengadu kepada siapa ?


Sekarang, hidup ini tiada arti
Mati dalam kesendirian
Sunyi dalam kehampaan
Terperosok dalam jurang kegelapan

Air mata jatuh setiap malam
Deras dan takkan terhenti
Mengingat pada satu kenangan
Yang selalu terlintas dalam orbit pikiran

Aku hanya bisa menangisi
Rasa hati yang selalu sedih
Yang hanya bisa menunggu dan menunggu
Hidup tinggal menunggu mati




Ttd

Garda